Sunday, 22 November 2015

SM3T Itu, Mandinya Bareng Kecebong


Ini adalah sepotong kisah yang saya alami sewaktu mengikuti program SM3T. Program yang tak asing lagi bagi para guru muda di seantero tanah air Indonesia. Program yang dicetus oleh orang-orang hebat di Dikti ini mengajak guru-guru muda yang memiliki jiwa petualang untuk mengabdikan diri mendidik anak-anak negeri yang ada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dengan tujuan memajukan pendidikan di Tanah Air Indonesia.

Menyebut daerah 3T tentu terbayang di kepala kita sebuah daerah yang ekstrem. Sebuah daerah yang serba serba kekurangan. Daerah yang kenikmatan kemerdekaannya belum mencapai 100%. Ada banyak kekurangan yang akan kita dapati bila kita mau menyebutnya satu per satu. Mulai dari jalan yang tak bagus. Listrik tak ada; kadang-kadang ada dan itu pun cahayanya sudah diatur (menyala pukul sekian dan wafatnya pukul sekian!). Sinyal tak ada (kalau ada pun mesti manjat pohon-pohon yang tingi di atas bukit atau gunung yang tinggi pula). Kekurangan air bersih. Transportasi susah. Dan tentunya banyak tantangan yang dihadapi. 
 
Semua kekurangan yang ada di daerah 3T itu akan menjadi sebuah kenangan yang manis bila kita bersedia menjadikannya sebagai sebuah kenangan yang manis. Tak menutup kemungkinan juga semua kekurangan yang ada di daerah 3T itu akan menjadi musibah bagi kita jika kita memikirkan semua kekurangan itu adalah musibah. Itu tergantung pada pribadi masing-masing tentang bagaimana otak kita memikirkan semua kekurangan tersebut. Tetapi bagi saya kekurangan yang ada di daerah 3T itu menjadi sebuah kenangan yang manis. Alasannya, ya karena selama ini saya hidup di daerah yang serba ada. Jadi, di saat saya ditempatkan di daerah yang serba kekurangan itu, saya menjadi sadar bagaimana nikmatnya hidup di daerah yang lampunya menyala 24 jam dan bagaimana pula hidup di daerah yang lampu telah diatur waktu hidupnya dan telah ditentukan pula waktu wafatnya. Saya jadi sadar bagaimana susahnya hidup di daerah yang untuk mendapatkan sinyal handphone-nya saja kita harus berjuang mati-matian manjat pohon yang tinggi atau mendaki bukit/gunung yang tinggi dulu untuk mendapatkan sang gadis yang bernama sinyal.

Saya adalah alumni SM3T angkatan ke-2 skala nasional dan angkatan ke-1 untuk skala provinsi Aceh. Berkat doa kedua orang tua dan juga doa teman-teman saya yang baik hati, saya akhirnya ditempatkan di salah satu daerah 3T yang terindah di dunia (menurut saya), yaitu di Kepri, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Anambas. Waktu itu kami yang berasal dari Aceh, LPTK Unsyiah, dengan jumlah peserta SM3T sebanyak 301. Dari 301 peserta itu kami akhirnya “dibuang” di tiga provinsi yang ada di Indonesia yaitu, Kepulauan Riau (Kabupaten Kepulauan Anambas), Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat. Sebanyak 126 orang di tempatkan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Selebihnya “dibuang” di NTT dan Kalbar.

Saya tidak pernah bermimpi untuk hadir di daerah 3T, Kabupaten Kepulauan Anambas. Karena sewaktu saya lulus tes perekrutan SM3T, yang saya tanamkan di dalam benak saya adalah selama satu tahun ke depan saya akan berada di daerah ekstrem. Saya akan berada di daerah yang serba kekurangan. Itulah yang saya tanamkan dalam benak saya. Intinya, pada waktu itu, saya bertekad di mana pun saya ditempatkan untuk mencerdaskan anak negeri saya siap 1000 persen! Ternyata Tuhan menempatkan saya di daerah yang sangat indah meskipun daerah itu digolongkan ke dalam daerah 3T.

Akhirnya, kami yang berjumlah 126 orang itu disebar di beberapa pulau (yang sudah ditentukan oleh dinas pendidikan) yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. Ada yang mengajar di SD, SMP, SMA, dan juga SMK. Setelah melihat nama-nama yang tertera di atas kertas yang dibagikan oleh pihak dinas setempat, ternyata saya ditempatkan di sebuah SMA yang ada di pulau Palmatak, desa Tebang. SMAN 1 Palmatak namanya. Di pulau Palmatak kami berjumlah 26 orang dengan tempat tugas yang berbeda-beda. Mulai dari SD, SMP, SMA, dan MTs, hingga MA.

Masing-masing kami yang ditempatkan di Pulau Palmatak punya cerita tersendiri, baik itu tentang sekolahnya maupun tentang tempat tinggalnya. Cerita teman saya yang penempatan di Mts akan berbeda dengan cerita teman saya yang bertugas di SMP dan tentunya akan berbeda lagi dengan teman-teman saya yang menjalankan tugas di SD. Begitu juga kisah saya yang berada di SMA akan berbeda dengan kisah yang dialami oleh teman-teman saya yang bertugas di MA (Madrasah Aliyah) baik itu kisah tentang sekolah mereka maupun kisah tentang tempat tingal mereka. 

Sekali waktu saya bersama teman bernama T Andizal−Guru Olahraga yang mengajar di salah satu SD di Pulau Air Asuk−berkunjung ke kediaman Ade Fauzi, Yudi, dan Sarwo Edi di MA. Mereka tinggal di rumah dinas milik sekolah. Kediaman mereka tinggal memang sedikit angker. Di depan dan samping rumah dinas terhampar ilalang setinggi bahu orang dewasa dan tumbuh di atas rawa-rawa. Di belakang rumah mereka pohon-pohon rumbia tumbuh subur. Bila malam tiba suasana sungguh sangat hening. Mencekam. Hanya ada suara kodok bersahut-sahutan bernyanyi. Sesekali diiringi suara jangkrik malas dan juga suara cacing tanah yang sedang “eh-oh” dengan kekasihnya. Sore hari bila kita beruntung maka akan terlihat seekor biawak yang ukurannya cukup besar dengan lidah menjulur-julur keluar. Lain lagi cerita bila pagi menyapa. Bila pagi menjelma telinga kita akan sedikit bahagia karena dari balik semak rawa-rawa itu akan terdengar bermacam-macam kicauan burung. Tentang makhluk halus yang bernama hantu itu jangan ditanya lagi, mereka bertiga itu sudah kebal dengan gangguannya.

Dalam kunjungan kali itu, kami memang berniat untuk bermalam di kediaman mereka. Petang menjelang. Kami pun pergi mandi bersama. Ade Fauzi−guru Olahraga−membawa kami ke sumur yang tak jauh dari rumah mereka tinggal. Kala itu Sarwo Edi−guru yang mengajar mata pelajaran Kimia− dan Yudi−guru Matematika−sudah selesai mandi. Sepanjang perjalanan menuju sumur, kulihat Ade Fauzi membawa serta saringan teh yang diambil dari kantor sekolah. Barang aneh yang dipegang oleh Ade Fauzi menarik perhatianku dan juga T Andizal.

“Untuk apa kamu bawa saringan teh sekolah ke sumur, Ade?” tanyaku.

“Mmm … ini akan kamu perlukan nantinya,” jawab Ade Fauzi santai.

Penjelasan Ade Fauzi cukup singkat. Lantas aku dan T Andizal pun saling memandang. Kami tiba di sumur. Ade Fauzi langsung buka baju. Basahannya hanyalah celana bola berlambang Realmadrid. Peralatan mandi serta saringan teh di taruh di tempat yang tak jauh dari sumur. Ia langsung menimba air dan menyirami tubuhnya. Sudah lima timba air menyirami tubuhnya. Aku dan T Andizal masih buka baju, buka celana. Sebagai basahannya kami hanya memakai celana dalam saja, karena di tempat itu kupastikan tidak ada seorang gadis pun yang melintas karena sumurnya dikelilingi dengan ilalang. Hihihi.

Ketika aku dan T Andizal bersiap-siap untuk menimba air, kulihatlah Ade Fauzi menuangkan air yang ditimbanya ke dalam ember besar yang ada di dekat sumur. Saat itulah pertanyaan mengapa Ade Fauzi membawa saringan teh ke sumur dengan sendirinya terjawab. Di dalam ember besar itu, kulihatlah berpuluh-puluh kecebong kecil-kecil imut dan menggemaskan. Mereka hitam berekor. Berenang dan saling kejar-kejaran mengelilingi ember. Aku dan T Andizal saling berpandangan lalu tersenyum-senyum.

“O, Potallah na jih (kecebong) lagoe lam mon nyoe,” ujar T Andizal seraya melihat lebih dekat lagi sumur yang airnya akan ditimba sebentar lagi. (Ya Allah, ada kecebong rupanya di dalam sumur ini).

Ade Fauzi mulai beraksi. Saringan teh mulai ia tugaskan untuk menjaring kecebong-kecebong yang ada di dalam ember itu. Aku suka apa yang baru saja dilakukan oleh Ade Fauzi. Kuambil saringan teh dari tangan Ade Fauzi, lalu mulailah kejahilanku beraksi menjaring kecebong-kecebong yang tak berdosa itu yang ada di dalam ember.

Kini aku asyik menjaring kecebong yang ada di dalam ember. T Andizal mulai menyirami tubuhnya.

“Andi, nyan bak get-get bek sampe ditamong aneuk abik-abik (kecebong) lam babah. Aneuk abik-abik nyan meugigoe, bak get-get, bek sampe dikap “dek gam” kah yang lam sempak nyan,” ucapku sambil tertawa terbahak-bahak. (Andi, hati-hati jangan sampai kecebong itu masuk ke dalam mulutmu. Kecebong itu bergigi, hati-hati, jangan sampai digigit “burungmu” itu).

Mendengar itu, Ade Fauzi juga turut tertawa bersamaku. Aku semakin asyik menjaring kecebong-kecebong yang ada di dalam ember itu. Sifat kekanak-kanakanku pun muncul; sambil menjaring kecebong-kecebong itu, aku berbicara dengan kecebong-kecebong yang ada di dalam ember itu. Hihihi.

“Ayooo, kecebooong, selamatkan diri kalian, pukat harimau sudah mendekati kalian ini. Mereka akan menjaringmu,”ucapku sambil memainkan saringan teh itu di dalam ember.

Air di dalam ember kini telah steril dari kecebong. Melihat itu, aku, Ade Fauzi, dan juga T Andizal segera menggosok gigi. Setelah selesai, Ade Fauzi langsung membilas tubuhnya untuk yang terakhir dengan air di dalam ember yang telah bersih dari kecebong itu. Begitu juga dengan T Andizal.

“Airnya jangan dihabiskan. Tinggalkan juga buat aku untuk bilasan terakhir,” ucapku pada mereka.

Akhirnya, kami bertiga pun selesai mandi sore itu. Seperti biasa, setelah selesai mandi kami pun “bersolek” meskipun mandi bareng para kecebong. Ketampanan mesti tetap dijaga meskipun sebelumnya kami mandi bersamaan dengan para kecebong. Apalagi gadis-gadis yang ada di pulau itu pun ramai yang tertarik pada kami. Kata mereka bapak-bapak Aceh banyak yang ganteng dan manis-manis.

Itulah sepotong kisahku dan teman-teman selama berada di daerah penugasan. Untuk itu, bagi kamu anak muda yang punya jiwa petualang, ikutlah SM3T. Selain bertugas mendidik dan mencerdaskan anak bangsa, mana tahu di daerah penempatanmu kelak kamu punya cerita mandi bareng biawak, mandi bareng merpati, atau mandi bareng penguin. Mana tahu ya kan?! Maka dari itu, sekali lagi, ikutlah program hebat ini biar kamu tahu luasnya tanah Indonesia. Biar kamu tahu suku adat dan budaya yang ada di tanah Indonesia. Biar kamu semakin cinta dengan gadis yang bernama INDONESIA.***



                                    -Ditulis setelah mandi bareng kecebong di Tanah Anambas   



 oleh: Azmi Labohaji


Berani share??? Hebat!!!   

1 comment: