Kadang kala saat sabar telah habis terkikis meninggalkan tubuh, saat lisan tak kuasa lagi mengucap asma Tuhan, makian pun menjadi kata terakhir sebagai bentuk atau wujud pemuas jiwa. Apalagi bila seseorang itu berasal dari kaum yang keseharian kaum-kaum tersebut telah terbiasa dengan makian. Ada banyak jenis bentuk rupa makian yang diutarakan saat rasa kesal atau amarah menghampir di jiwa. Kadang kala makian diwujudkan dalam bentuk jenis-jenis binatang, baik yang haram maupun yang tidak haram. Bila bentuk amarahnya teramat besar, makian yang dipakai pun bisa lebih ekstrim lagi, misal, make mother (peuget ma), Fucking your mother (pap ma), kejar ibu (let ma).
Di sini saya sama sekali tidak menganjurkan Anda untuk memaki karena perbuatan memaki amat cepat dicatat oleh malaikat Tuhan ke dalam buku dosa. Nah, bila Anda kadang dengan keadaan jiwa yang tak kuasa lagi menahan amarah, menahan kesal, atau menahan sesuatu perhal yang mengusik tubuh Anda, semisal ada si Gam meujanggot yang mengusik Anda saat menjawab soal ujian, atau saat nama Anda tak tertera dalam daftar pengumuman berita kelulusan, bertasbihlah, bertasbihlah, atau sesekali membaca puisi ini.
Wa Geu Pap
Oleh: Azmi Labohaji
Ini kali aku memaki
Buat negeri dan orang yang kubenci
Negeri macam apa ini orang macam apa ini?
Wa Geu Pap
Banyak orang melarat mencari nasi
Makin banyak pencuri pakai dasi
Aku semakin benci melihat ini orang dan ini negeri!
Wa Geu Pap
Kian banyak orang menyanyikan lagu kematian sendiri
Oh, ini tanda apa?
Oh, ini bala namanya apa?
Negeri semakin kacau
Orang-orang jadi galau.
Wa Geu Pap,
Kata nenekku jika kau hendak mengupat
Katakan saja Wa Geu Pap!
Kau akan selamat….
Rangkang Blang, Maret 2012
Puisi ini pernah dimuat pada Harian Serambi Indonesia tertanggal 25 Maret 2012
i like it
ReplyDelete