Tuesday, 23 January 2018

Isi di Awak, Kutang di Urang

Segel
Gawang Barcelona tak lagi perawan. Sang stiker hebat milik Realmadrid, Cristiano Ronaldo, melepaskan tembakan mautnya dengan sempurna. Setelah memastikan bola benar-benar diam di dalam gawang, si Cris langsung berlari ke salah satu sudut lapangan, melakukan selebrasi fenomenal miliknya. Berlari meloncat-mengangkangkan kaki dan tangan-lalu mulutnya sedikit dimonyongkan melafazkan kata “goool”. 

Melihat gol tersebut, saya dan pendukung Realmadrid lainnya pun turut melakukan selebrasi murahan; memukul meja sekuat mungkin hingga tumpah air di dalam gelas yang ada di atas meja. Lalu berteriak sekeras mungkin. Setelah selebrasi selesai, tibalah waktunya buat mencaci maki alias mem-bully pendukung Barcelona. Ini bagian yang paling ditunggu-tunggu. Memerahkan telinga mereka dan membuat hati mereka sakit akibat sumpah serapah dan caci maki kami adalah cita-cita kami pendukung klub sepak bola yang dipresideni oleh Perez. Puas!!! El Clasico memang selalu bikin darah mendidih. 

Dolah, pendukung Barcelona yang duduk di sampingku masih terdiam seorang diri. Tak ada tanda-tanda sakit hati yang ia tampakkan. Padahal, saya dan seisi warung lainnya baru saja mencaci mereka, pendukung Barcelona. 

“Kau ini kenapa, Dolah?” tanyaku yang langsung menghentikan caci maki. Dolah tak menjawab. Yang dilakukannya adalah menyodorkan layar hapenya ke muka ku.

Di sana langsung kudapati tulisan, “Bayar utang pulsa aku cepat, Dolah Kampret. Kalau enggak, besok kuminta sama Emakmu.” Itu adalah kalimat teror yang berasal dari Darwati, si tukang jual pulsa yang terkenal galak. Kadang-kadang baik hati. Kadang-kadang bisa mendadak menjadi monster.

“Yang namanya utang harus segera dibayar dong. Apalagi kamu berhutang sama Darwati yang serupa Power Ranger yang bisa berubah jadi Monster dalam hitungan detik bila ia mengamuk karena uang,” ucapku pada Dolah. 

Dolah langsung terkejut. Secepat kilat dia melihat layar hapenya. Lalu, tersimpul sedikit senyum di wajahnya. 

“Bukan itu, tapi ini,” ucap Dolah yang kembali menyodorkan hapenya ke mukaku. 

Aku semakin penasaran. Kupicingkan mataku untuk mempertajam penglihatan melihat kalimat yang tertulis di layar hape Dolah. 

KESUCIANKU SUDAH DIEMBAT OLEH LELAKI JAHANAM YANG PERNAH MENJADI KEKASIHKU DULU. APAKAH BANG DOLAH MASIH BERSEDIA MENERIMAKU SEPENUH HATI?

Dolah menyentuh tombol “Home”. Pesan itu tak lagi tampak. Lalu, dengan penuh iba, Dolah menatapku. Aku tahu, ini tak lain-tak bukan, ini adalah tatapan meminta pendapat tentang pesan yang baru saja kubaca tadi. 

Oh ya, sebelumnya kuperkenalkan dulu pada kalian siapa Dolah itu. Dolah adalah teman baikku; sepekerjaan denganku, sepermainan denganku, dan sebantal tidur denganku (tapi sekarang aku tak lagi sebantal tidur dengannya, karena aku sudah punya istri). Katanya padaku, dalam tubuhnya ada mengalir darah Minang. Akan tetapi, dia tak pandai bahasa “urang awak”. Ah, keturunan Padang apaan itu. Jangan-jangan Dolah keturunan Padang KW, bukan original.

Dolah punya kekasih bernama Maria Owaza. Perempuan itu orang Jakarta. Cantik orangnya. Tinggi semampai. Bibirnya seksi. Tubuhnya langsing menggoda. Lekuk tubuh Maria Owaza cukup menggoda iman setiap kaum adam. Apalagi kaum adam yang sudah beristri, bila melihat tubuh Maria Owaza hayalan mereka pasti tentang KAMAR TIDUR, SPRING BED, HUJAN RINTIK-RINTIK, dan MATI LAMPU. Kalian pasti udah tahulah kemana arah hayalan ini kan? Kata Dolah, Maria Owaza juga pendukung setia Barcelona.

Entah bagaimana pertemuan Dolah dan Maria Owaza hingga mereka saling bertambat hati. Hanya mereka yang tahu. 

“Ya, kalau kau memang sudah benar-benar cinta dan sayang pada Maria, ya kau harus terima sepenuhnya, dong,” ucapku pada Dolah. Ternyata Dolah langsung protes. 

”Engak bisa, Bro. Perkara sejengkal di bawah pusar itu harus menjadi syarat utama. Coba Engkau bayangkan saja, aku sudah mengeluarkan uang puluhan juta buat biaya pernikahan, pas sesi perang syahwat, perang yang paling ditunggu-tunggu saat malam pertama, masak pusaka milikku harus masuk goa tanpa mendobrak dan menghancurkan “segel” made in Tuhan itu. Mana seru. Mana nikmat,” balas Dolah meyakinkanku. 

Aku terdiam mencerna apa yang baru saja dibilang Dolah. Banyak benarnya juga sih, pikirku. Mataku kembali ke televisi. Si Cris lagi-lagi memecahkan perawan gawang Barcelona. Skor 3-0. Si Cris langsung melakukan selebrasi. Kali ini selebrasinya berbentuk ejekan; si Cris membelakangi tribun VIP, lalu menggoyang-goyang pantatnya ke arah mereka pejabat klub. Mereka yang pendusta dan ingin menjualnya. Kali ini aku tak melakukan selebrasi. Pikiranku dikuasai oleh kisah kasih Dolah dan Maria Owaza. 

“Sudah berapa lama kau menjalin kasih dengannya, Dolah?”

“Malam Jumat esok masuk bulan ke 9.”

“Sudah pernah kau nikmati setiap inci tubuhnya.”

“Sudah pernah sih dan tidak semua juga.”

“Berapa kali dan bagian mana saja?”

“1, 2, 3, 4, 5, 6, dan eeemmm 7,” jawab Dolah sambil menghitung dengan jemari tangannya. 

“Emmm, ya, baru bagian-bagian di atas pusar saja. Main atas lah pokoknya.”

“Ada enak,” tanyaku lagi seraya tertawa.

Lagee apam pertanyaan, ya enaklah,” balas Dolah mengejekku sambil memeramkan matanya menggambarkan kenikmatan. 

Tak lama setelah itu, Dolah terlihat kecewa berat pada Maria Owaza. Ketika puncak cintanya pada Maria Owaza ingin disempurnakan di atas pelaminan, semua hancur akibat isi dalam segitiga merah muda milik Maria Owaza tak lagi bersegel alias perawan. Kasihan sekali. Yang mengobrak-abriknya adalah mantan kekasihnya yang juga seorang pendukung Realmadrid. Pukimaklah!!!

“Ini namanya KUTANG DI AWAK, ISI DI URANG,” ucap Dolah dengan nada lesu.

Aku tertawa cekikikan mendengar itu. Lalu kutimpali, “Lebih baik seperti itu daripada CINTO DI AWAK, KAWIN DI URANG. Kau pilih mana? Lagiankan, setidaknya kau pernah menikmati isi kutang si Maria Owaza.”

Dolah tersenyum manis mendengar kalimatku itu. Manis sekali senyumnya. Semanis dia merayu Maria Owaza agar diizinkan kutangnya untuk dilepas. Dasar Dolah Kampret!!!

Kasihan sekali si Maria Owaza. Bersebab pacaran dan tak mampu menjaga segel perawannya, akibat yang dideritanya pun sangat menyakitkan. Orang yang berniat untuk mempersunting pun harus mundur dengan cantik. Syukur-syukur kalau si pelamar tidak mengeluarkan kalimat, “Masak lelaki setampan aku harus makan sisa” kan menyakitkan sekali bila didengar. Oh, Maria Owaza berdoalah mulai sekarang agar masih ada lelaki yang menginginkanmu dan segenap masa lalumu. 

Lalu aku berseru dengan khidmat pada Dolah. Dolah serius mendengarkannya.

“Kalau kau mau, sama aku ada satu calon. Namanya MIYA KHALIFFA. Ciri-ciri orangnya tinggal kau cari saja di gugel. Kau ketik M-I-Y-A. Miya-nya pakai huruf “Y” dan K-H-A-L-I-F-F-A –nya dabel huruf “F”. Kuingatkan, jangan salah ketik, apalagi terketik nama MIA KHALIFA. Aku gak bakalan tanggung jawab. Jika kau masih batat, dan ingin mengetik nama MIA KHALIFA resikonya kau tanggung sendiri.”***

                                                                                               Melawi, 2018

No comments:

Post a Comment