“Jika tamu yang hadir malam ini karena aroma pala yang begitu menggoda, hingga untuk memperolehnya harus meruahkan darah dan menghilangkan nyawa dua orang anak manusia, mengapa pala yang selama ini kubanggakan tak membawa berkah bagiku? Bukankah pala ini yang akan menyelamatkan cintaku? Dan bukankah dengan pala ini juga kedua orang tuaku akan menjadi tamu Allah kelak? Dan bukankah dengan pala ini juga igauan Musa akan benar-benar menjadi kenyataan?” (bersambung) _Pala
Elegi di Oktober Oleh: Azmi Labohaji Aroma di ujung hayat, ah begitu menyayat Ada amis darah, ada amis daging, ada sejuta amarah peluru menembus daging Terbaring mata memandang entah surga-neraka Elegi di Oktober Jalan-jalan direnangi air mata, jalan-jalan dihiasi teriakan histeria Menang! Menangis! O, elegi di Oktober Ini kali kitab sejarah dicatat dengan tinta darah pada halaman dua nol satu satu dengan nada-nada sendu O, elegi di Oktober Mawar yang dulu mekar mewangi gagah berani kini terbaring sunyi. Sungguh sunyi! Oktober 2011