Malam itu hening sekali. Di luar rintik kecil hujan turun dengan sangat lembut. Di kedai, aku tengah duduk seorang diri menikmati nuansa kesyahduan malam itu. Lalu, beberapa saat kemudian, terdengarlah deru sepeda motor di depan kedai. Dari balik helm yang dipakai, aku melihat sesosok lelaki berkacamata. Dia Yoni.
Yoni Prawardayana seorang lelaki jangkung berkulit putih dengan kacamata sebagai asesoris penghias wajahnya. Malam ini dia akan menyampaikan perkara perpisahannya kepadaku. Kami pun bercerita panjang lebar. Mulai dari segenap kisah yang pernah dialami di tanah Jawa sana, hingga cerita tentang kengerian harga emas yang semakin mengila yang berefek pada jerit tangis dara Aceh karena tak ada yang melamar dan juga berimbas pada kesepian pemuda Aceh ketika jam dinding menunjukkan angka 00.00 WIB.
Yoni ditempatkan di Aceh pada hari Selasa, 18 Agustus 2015 lewat sebuah program Kemendikbud yang bernama SM-3T. Dia akan berada di tanah Aceh selama satu tahun lamanya. Lelaki yang berasal dari Malang ini (dari LPTK Malang) sebenarnya menginginkan penempatan di tanah Papua. Tapi garis takdir telah terukir dia harus dicampakkan di tanah mulia para Aulia Tuhan, Tanah Aceh!
Di tanah para aulia ini dia ditempatkan di sebuah sekolah bernama SMA Negeri Unggul Darussalam Labuhanhaji bersama seorang perempuan yang agak sehat berasal dari Padang dan juga mengikuti program SM-3T. Bila malam telah tiba, guru muda yang mengajarkan pelajaran Sejarah ini ditemani oleh seorang temannya yang juga sama-sama berasal dari Malang bernama Yuda. Temannya itu membidangi pelajaran Penjaskes.
Seiring waktu berlalu, Yoni semakin mantap menjiwai hidup di tanah Aceh, tepatnya di Labuhanhaji. Dia mulai merasakan tanah air Labuhanhaji. Mulai merasakan masakan perempuan Labuhanhaji. Menikmati udara segar hutan Labuhanhaji. Matanya dimanjakan oleh kecantikan-kecantikan gadis-gadis Labuhanhaji keturunan Arab-India. Mendapatkan anak didik yang cerdas, cantik, batat sikit─tetapi memiliki semangat belajar yang tinggi, dan juga anak didik yang tampan-tampan subhanallah. Selain itu, Yoni menemukan sesuatu sebagai pelengkap penjiwaannya atau bisa disebut anugerah Tuhan yang luar biasa selama hidup di tanah Labuhanhaji, Yoni menemukan lelaki-lelaki sopan, tampan, menawan, penuh pengalaman hidup, baik, dan juga humoris di sekolah tempat ia bertugas. Lelaki itu adalah Pak Sem, Pak Yusri, aku, Pak Junaidi Dongoran, Pak Riski Ilahi, dan juga Pak Dedi wan Saputra.
Kata Yoni, lelaki-lelaki ini tak mampu dilupakan olehnya ketika dia telah berada di tanah Jawa kelak. Sebabnya adalah pada setiap harinya, ada saja sejarah yang tercipta antara dia dan para lelaki itu. Dengan Pak Sem misalnya, ada saja debat-debat kecil yang berujung dengan kalimat, “Kamu ngejek saya?” ucap Pak Sem. Bersama Pak Riski, Yoni selalu saja kena perangkap “Batmannya Riski”. Ada saja perkara yang diciptakan Pak Riski yang berujung pada kesialan Yoni. Dengan Pak Junaidi, sang Yoni harus selalu melapor kepadanya bila hendak melakukan kegiatan yang melibatkan anak didik, sebab Pak Junaidi berperan sebagai Wakasis. Kadang-kadang Yoni mendapat hadiah “semprotan bataknya” pak Junaidi. Hahaha. Untuk panutan perangkat elektronik, perkara sarana sekolah, semisal printer, listik, bola lampu, jaringan wifi, Yoni harus dengan penuh kesopanan menghadap Pak Yusri.
Bersama dengan Pak Dedi wan Saputra, Yoni selalu diajarkan cara memegang raket yang benar. Namun, ketika melakukan praktiknya di lapangan, Yoni selalu saja memegang raket dengan cara yang salah. Dan saat melakukan pertandingan kecil-kecilan, dia selalu menjadi orang yang kalah. Tuh, rasain. Memangnya enak! Bila lagi denganku, Yoni banyak curhat. Mulai dari curhat masalah blognya, kekasihnya yang sedang mengabdi di tanah papua, curhat masalah yang dihadapi dengan anak-anak didik, dan juga dengan sekolah. Dan aku selalu melayani curhatnya itu lalu memberinya saran dengan logat Aceh yang begitu kental.
Selama berada di tanah Labuhanhaji, sebetulnya Yoni sudah kena pasal Rasis. Ya, bila aku berbicara, selalu saja ia mengulang perkataanku yang kental dialek Acehnya. Setelah itu, dia tertawa lebar. Merasa puas. Berangkat dari hal itu, mulailah aku mengulang perkataan yang dia ucapkan dan memasukkan unsur jawanya. Ketika aku melakukan itu, Yoni menatap wajahku. Melihat itu, aku pun tertawa lebar. Merasa puas!
Yoni waktumu sekarang sudah habis. Pada bulan ini kamu sudah segenap setahun berada di tanah para aulia Tuhan ini. Kamu harus pulang, Yoni. Kembali ke tanah Jawa. Kami tahu, selepas engkau pulang nanti, sekolah yang sangat kamu cintai ini akan kehilangan sesosok yang lucu seperti dirimu. Kami yang kamu tinggali tak tahu harus kemana lagi mengalamatkan perangkat bully yang sudah kami persiapkan. Nanti pada tanggal 5 Agustus 2016 kami akan sangat merasakan kehilanganmu. Kami tapi tidak akan menangis. Yoni, tak ada lagi yang menggoreng tempe di dapur sekolah. Kami tak bisa lagi mengeroyok saus ABC kesayanganmu itu sampai tewas bila datang bakwan gratis atau bila kami lagi makan mie bakso. Pokoknya kami sangat merasakan kehilanganmu, wahai Yoni tukang foto di sekolah.
Lewat coretan ini, Yoni, pesanku, berterimakasihlah kamu kepada Tuhan, kepada program SM-3T, dan kepada tanah yang kita cintai ini. Karena dengan itu, kita dipertemukan dalam jarak dan waktu yang tak disangka-sangka. Sayonara Yoni Prawardayana. Selamat kembali ke tanah Jawa dan juga selamat menikmati nikmatnya masakan orang tua. Meskipun kamu selalu terjatuh dalam perangkap bullyan kami, kami berharap agar kamu selalu mengenang kami dalam bingkai yang takkan lekang dan pudar oleh waktu kehidupanmu. Sampai bertemu kembali Yoni Prawardayana di lain waktu dan lain kesempatan. Oh ya, jangan lupa kamu ceritakan pada teman-temanmu di sana nanti kalau lelaki-lelaki tampan kini semakin langka. Yang masih tersisa hanya tinggal di SMA Negeri Unggul Darussalam labuhanhaji. Mereka adalah lelaki yang kusebutkan di atas. :-P ***
Yoni Prawardayana seorang lelaki jangkung berkulit putih dengan kacamata sebagai asesoris penghias wajahnya. Malam ini dia akan menyampaikan perkara perpisahannya kepadaku. Kami pun bercerita panjang lebar. Mulai dari segenap kisah yang pernah dialami di tanah Jawa sana, hingga cerita tentang kengerian harga emas yang semakin mengila yang berefek pada jerit tangis dara Aceh karena tak ada yang melamar dan juga berimbas pada kesepian pemuda Aceh ketika jam dinding menunjukkan angka 00.00 WIB.
Yoni ditempatkan di Aceh pada hari Selasa, 18 Agustus 2015 lewat sebuah program Kemendikbud yang bernama SM-3T. Dia akan berada di tanah Aceh selama satu tahun lamanya. Lelaki yang berasal dari Malang ini (dari LPTK Malang) sebenarnya menginginkan penempatan di tanah Papua. Tapi garis takdir telah terukir dia harus dicampakkan di tanah mulia para Aulia Tuhan, Tanah Aceh!
Di tanah para aulia ini dia ditempatkan di sebuah sekolah bernama SMA Negeri Unggul Darussalam Labuhanhaji bersama seorang perempuan yang agak sehat berasal dari Padang dan juga mengikuti program SM-3T. Bila malam telah tiba, guru muda yang mengajarkan pelajaran Sejarah ini ditemani oleh seorang temannya yang juga sama-sama berasal dari Malang bernama Yuda. Temannya itu membidangi pelajaran Penjaskes.
Seiring waktu berlalu, Yoni semakin mantap menjiwai hidup di tanah Aceh, tepatnya di Labuhanhaji. Dia mulai merasakan tanah air Labuhanhaji. Mulai merasakan masakan perempuan Labuhanhaji. Menikmati udara segar hutan Labuhanhaji. Matanya dimanjakan oleh kecantikan-kecantikan gadis-gadis Labuhanhaji keturunan Arab-India. Mendapatkan anak didik yang cerdas, cantik, batat sikit─tetapi memiliki semangat belajar yang tinggi, dan juga anak didik yang tampan-tampan subhanallah. Selain itu, Yoni menemukan sesuatu sebagai pelengkap penjiwaannya atau bisa disebut anugerah Tuhan yang luar biasa selama hidup di tanah Labuhanhaji, Yoni menemukan lelaki-lelaki sopan, tampan, menawan, penuh pengalaman hidup, baik, dan juga humoris di sekolah tempat ia bertugas. Lelaki itu adalah Pak Sem, Pak Yusri, aku, Pak Junaidi Dongoran, Pak Riski Ilahi, dan juga Pak Dedi wan Saputra.
Kata Yoni, lelaki-lelaki ini tak mampu dilupakan olehnya ketika dia telah berada di tanah Jawa kelak. Sebabnya adalah pada setiap harinya, ada saja sejarah yang tercipta antara dia dan para lelaki itu. Dengan Pak Sem misalnya, ada saja debat-debat kecil yang berujung dengan kalimat, “Kamu ngejek saya?” ucap Pak Sem. Bersama Pak Riski, Yoni selalu saja kena perangkap “Batmannya Riski”. Ada saja perkara yang diciptakan Pak Riski yang berujung pada kesialan Yoni. Dengan Pak Junaidi, sang Yoni harus selalu melapor kepadanya bila hendak melakukan kegiatan yang melibatkan anak didik, sebab Pak Junaidi berperan sebagai Wakasis. Kadang-kadang Yoni mendapat hadiah “semprotan bataknya” pak Junaidi. Hahaha. Untuk panutan perangkat elektronik, perkara sarana sekolah, semisal printer, listik, bola lampu, jaringan wifi, Yoni harus dengan penuh kesopanan menghadap Pak Yusri.
Bersama dengan Pak Dedi wan Saputra, Yoni selalu diajarkan cara memegang raket yang benar. Namun, ketika melakukan praktiknya di lapangan, Yoni selalu saja memegang raket dengan cara yang salah. Dan saat melakukan pertandingan kecil-kecilan, dia selalu menjadi orang yang kalah. Tuh, rasain. Memangnya enak! Bila lagi denganku, Yoni banyak curhat. Mulai dari curhat masalah blognya, kekasihnya yang sedang mengabdi di tanah papua, curhat masalah yang dihadapi dengan anak-anak didik, dan juga dengan sekolah. Dan aku selalu melayani curhatnya itu lalu memberinya saran dengan logat Aceh yang begitu kental.
***
Selama berada di tanah Labuhanhaji, sebetulnya Yoni sudah kena pasal Rasis. Ya, bila aku berbicara, selalu saja ia mengulang perkataanku yang kental dialek Acehnya. Setelah itu, dia tertawa lebar. Merasa puas. Berangkat dari hal itu, mulailah aku mengulang perkataan yang dia ucapkan dan memasukkan unsur jawanya. Ketika aku melakukan itu, Yoni menatap wajahku. Melihat itu, aku pun tertawa lebar. Merasa puas!
Yoni waktumu sekarang sudah habis. Pada bulan ini kamu sudah segenap setahun berada di tanah para aulia Tuhan ini. Kamu harus pulang, Yoni. Kembali ke tanah Jawa. Kami tahu, selepas engkau pulang nanti, sekolah yang sangat kamu cintai ini akan kehilangan sesosok yang lucu seperti dirimu. Kami yang kamu tinggali tak tahu harus kemana lagi mengalamatkan perangkat bully yang sudah kami persiapkan. Nanti pada tanggal 5 Agustus 2016 kami akan sangat merasakan kehilanganmu. Kami tapi tidak akan menangis. Yoni, tak ada lagi yang menggoreng tempe di dapur sekolah. Kami tak bisa lagi mengeroyok saus ABC kesayanganmu itu sampai tewas bila datang bakwan gratis atau bila kami lagi makan mie bakso. Pokoknya kami sangat merasakan kehilanganmu, wahai Yoni tukang foto di sekolah.
Lewat coretan ini, Yoni, pesanku, berterimakasihlah kamu kepada Tuhan, kepada program SM-3T, dan kepada tanah yang kita cintai ini. Karena dengan itu, kita dipertemukan dalam jarak dan waktu yang tak disangka-sangka. Sayonara Yoni Prawardayana. Selamat kembali ke tanah Jawa dan juga selamat menikmati nikmatnya masakan orang tua. Meskipun kamu selalu terjatuh dalam perangkap bullyan kami, kami berharap agar kamu selalu mengenang kami dalam bingkai yang takkan lekang dan pudar oleh waktu kehidupanmu. Sampai bertemu kembali Yoni Prawardayana di lain waktu dan lain kesempatan. Oh ya, jangan lupa kamu ceritakan pada teman-temanmu di sana nanti kalau lelaki-lelaki tampan kini semakin langka. Yang masih tersisa hanya tinggal di SMA Negeri Unggul Darussalam labuhanhaji. Mereka adalah lelaki yang kusebutkan di atas. :-P ***
Labuhanhaji, Agustus 2016