Saturday, 13 September 2014

Menjemput Jodoh

Benar bahwa jodoh itu ada di tangan Tuhan. Lalu, untuk mendapatkannya kita harus menjemputnya dengan sepenuh hati. Biarkan dia di sana di dalam genggaman nyaman Tuhan karena di sana ia sangat aman, nyaman, dan damai. Bila tiba waktunya, tepatnya saat engkau hendak menjemputnya, pastikan dirimu telah menyiapkan segenap keperluan. Mulai dari kata-kata indah, serangkai kuntum indah dan pasti menyejukkan matanya bila dipandang,cincin cantik untuk engkau lingkarkan di jari manisnya, dan tentunya penampilan menarik yang membuat matanya takkan berkedip untuk waktu yang lama.

Mengapa itu semuanya kukatakan harus engkau persiapkan? Itu semua punya alasan dan maksud sendiri. Penjelasannya seperti ini. Bayangkan bila engkau adalah orang yang akan pergi menjemput jodohmu sendiri. Setiba di tempat tujuan, tepatnya di “istana jodoh” yang telah disediakan Tuhan, jodohmu telah menunggu kehadiranmu di gerbang istana. Lalu tanpa basa-basi, engkau langsung meraih tangannya dan lantas langsung membawanya pergi menuju kediaman yang telah engkau tentukan. Jika seperti itu yang engkau lakukan, percayalah, niscaya engkau adalah “si penjemput jodoh bodoh yang tak punya sisi keindahan di dalam dirimu”. Itu semua bila dikenang suatu saat akan menjadi kenangan yang sangat tak berarti, hambar, layaknya gulai yang dimasak oleh manusia setengah wanita setengah pria (banci). Masakan yang sangat hambar, tak berasa apa-apa. Percayalah!

Sekali lagi percayalah!!! Jika seperti itu caramu menjemput jodoh, aku berani bertaruh demi langit dan bumi, kau takkan mendapatkan pelukan hangat dari jodohmu saat engkau menjemputnya. Kasihan jika itu terjadi, kawan.

Bandingkan saat engkau menjemput jodoh dengan segenap persiapan yang telah matang. Kala waktu menjemput jodoh itu telah tiba engkau pergi dengan penuh semangat, dengan penampilan yang sungguh menarik. Tentu saat berada di hadapannya langsung engkau pun berseru dengan penuh percaya diri.

“Aku begini karenamu. Dan aku begini hanya untukmu.”

Lalu kedipkan kedua matamu untuknya. Aku yakin sekali, kawan, bila itu yang engkau lakukan, jantungnya akan berdetak kencang. Sungguh detak jantung yang sungguh-sungguh sangat bermakna. Bukankah itu yang engkau inginkan???

Lalu, kata-kata indah, semisal puisi, telah engkau persiapkan dengan sangat matang. Puisi yang kelak akan engkau bacakan saat tanganmu pertama sekali meraih tangan jodohmu itu. Semisal puisinya seperti ini (sebenarnya ini adalah puisi yang akan kuucapkan pada saat aku akan menjemput jodohku kelak. Tetapi karena waktu untuk menjemput jodoh bagiku masih sangat lama, puisi ini kuhadiahkan saja untukmu, kawan).

duhai permata Tuhan
ini adalah hari yang telah ditentukan.
hari seperti yang telah termaktub dalam Kitab Janji
hari ini aku akan menjemputmu dengan sepenuh hati
engkau akan kumiliki sepenuhnya.
engkau akan kujaga selamanya. Engkau akan kucintai sepanjang usia bumi
Sekarang aku telah di hadapmu.
duhai permata Tuhan
izinkan aku mencium lembut tanganmu sebagai salam pertama
duhai permata Tuhan yang memancarkan cahaya segala cahaya
kini akulah lelaki pemilik sah cahaya itu.
terangi aku dengan cintamu, kasihmu, dan sayangmu.
Sekarang, peluklah aku selembut jiwamu
Lalu mari kita pergi ke sebuah istana yang telah kuukir untukmu …


Setelah engkau bacakan puisi ini di hadapannya, balikkanlah badanmu. Bukakan tasmu, keluarkan kuntum indah itu. Serahkan padanya dengan wajah tertunduk indah.

“Kuntum ini hanya kuperuntukkan buatmu, sayang!”

Aku yakin sekali, kali ini “Permata Tuhan mu  itu” ingin sekali segera memelukmu. Tapi jangan biarkan hal itu terjadi dulu. Biarkan dia bahagia larut dalam lakon yang baru saja engkau persembahkan untuknya. Biarkan saja. Yakinlah, “Permata Tuhan mu itu” pasti akan memandangmu dalam waktu yang cukup lama dengan laku yang bahagia; ia menggigit bibirnya sendiri, menggoyang-goyangkan tubuhnya sembari memegang kuntum yang engkau berikan, dan tentunya dengan senyuman genit yang engkau inginkan.

Setelah itu, berilah ia kejutan berikutnya. Balikkan badanmu. Bukakan tasmu. Lalu keluarkan cincin indah yang bersemayam di dalam kotak yang berwarna merah muda itu. Balikkan badanmu menghadapnya, bukakan kotak yang berisi cincin itu seraya berkata.

“Izinkan aku melingkarkan cincin indah ini di jemari indahmu, sayang!!!”

Di sini engkau tak perlu menunggu persetujuannya untuk mengatakan “ya” atau menunggunya mengulurkan tangannya untukmu. Segera raih tangannya. Pilih jari manisnya lalu sematkan cincin itu di jemarinya!

Selamat kawan. Ia tak tahan lagi. Ini kali, biarkan ia meloncat ke atas tubuhmu. Ia ingin memelukmu dengan sepenuh hati dan cinta. Kini engkaulah yang harus berdiam diri. Rasakan hangat, lembut pelukannya. Dengarkan desah nafasnya. Biarkan ia merajai tubuhmu. Biarkan ia sendiri yang melepaskan pelukan itu saat ia sudah benar-benar puas memelukmu. Bila ia tak puas dengan memelukmu dan ingin menghadiahimu gerakan yang lain, semisal ia ingin memberimu ciuman indah di bibirmu, katakan dengan lembut seperti ini.

“Jangan di sini, sayang! Aku menginginkan itu, tapi mari kita melakukannya di istana yang telah aku persiapkan untukmu. Aku tak mau melakukan ini di kediaman Tuhan yang Mahasuci ini.”

Selepas engkau menyelasaikan kalimat tersebut, raihlah tangannya dan bawalah ia ke istana yang telah engkau persiapkan.

Ya, itu saja kawan! Itu saja petuah menjemput jodoh yang mampu aku ikrarkan untukmu. Maka, lakukanlah dengan benar setiap langkahnya. Jangan ada yang tertinggal, apalagi salah. Lakukan dengan penuh penjiwaan, niscaya engkau akan dicap sebagai “Si Penjemput Jodoh dari Negeri Kayangan”.

“Lalu bila kau akan menjemput jodohmu, penulis???”

“Aku akan menjemput jodohku saat mawar yang kutanam, kala hujan menyiram bumi, telah memberi kuntum yang indah. Kuntum yang akan memercikan semerbak aroma wewangian surga delapan. Itu tepatnya saat angka 35 telah menghampiri tubuhku!!!”


                                                                                                 ------Kediaman Tuhan--------


Oleh: Azmi Labohaji